Rabu, 25 Juli 2012
Cara pemesanan xamthone plus
Cara pemesanan xamthone plus
Rabu, 06 Juni 2012
Peraturan Penerbangan
Sebelumnya saya tidak pernah mengetahui dan mencari tahu tentang peraturan penerbangan bagi wanita yang hamil, hal ini baru menjadi perhatiaan dikala ada teman yang akan mendapat tugas ke luar pulau sehingga mengharuskan menggunakan pesawat terbang untuk efektifitas waktu dan tenaga,.
Kebetulan seorang taman tersebut sedang hamil, dan dia pun mengalami keberatan dengan tugas tersebut karena kondisi kehamilannya. hal tersebut membuat saya ingin mengetahui tentang keselamatan penerbangan bagi wanita yang sedang hamil.
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG) , suatu organisasi dokter kebidanan dan kandungan di Amerika Serikat menyatakan, perjalanan sesekali dengan pesawat terbang telah dinyatakan aman bagi wanita dengan usia kehamilan hingga 36 minggu, dengan syarat tidak memiliki komplikasi di saat hamil atau penyakit penyerta lainnya. Setelah usia kehamilan 36 minggu disarankan bagi wanita hamil untuk tidak melakukan perjalan udara, hal ini untuk menghindari jika ada kesalahan dalam perhitungan hari perkiraan kelahiran atau persalinan yang dimulai sebelum harinya.
Pesawat terbang bukan tempat yang aman untuk melahirkan. Bila seorang wanita akan melakukan perjalanan udara sesudah usia kehamilan 36 minggu maka wanita tersebut membutuhkan surat pernyataan dokter bahwa kehamilannya baik tanpa komplikasi dan masih jauh dari saat kelahiran
jadi memang seyogyanya wanita yang sedang hamil harus benar-benar mendapatkan rekomendasi dari dokter, sehingga dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, dan untuk kehamilan yang diatas 36 minggu, untuk kebaikan ibu dan anak disarankan tidak melakukan penerbangan, dan fokus menjaga kesehatan.
di posting ulang oleh: obat kelenjar getah beningJumat, 01 Juni 2012
Ritual Penyapihan Anak
Berbicara tentang wanita rasanya tak akan pernah ada habisnya. Wanita selalu saja menarik untuk kita kupas dari segi manapun. Dari penampilannya, gaya hidupnya juga kesehariannya selalu bisa kita jadikan topik pembicaraan. Saking menariknya dunia wanita ini, makanya tak jarang kita jumpai rubrik khusus yang membahas seputar wanita. Lihat saja di koran dan majalah, bahkan mungkin di acara radio dan televisi dapat dengan mudah kita temukan informasi seputar wanita.
Di era modern ini, wanita tidak bisa dipandang sebelah mata lagi. Banyak sekali profesi yang dulunya dominan dilakukan oleh pria, sekarang menjadi lazim dilakukan oleh seorang wanita. Tengoklah berapa banyak wanita yang menduduki jabatan direktur, manajer, atau bahkan arsitek. Jabatan-jabatan tersebut umumnya dulu diduduki oleh kaum pria. Tapi seiring dengan kemajuan jaman, hal itu memungkinkan dijabat oleh wanita. Untuk itulah sebagai sesama wanita, kondisi yang demikian menjadikan saya bangga akan terhadap kaum saya ini. Saya bangga jika melihat ada wanita menjadi tukang becak, sopir angkot atau malah mungkin tukang gali kubur. Sama halnya dengan kekaguman saya terhadap pria yang menjadi sekretaris, koki atau malah pramugara.
Menyalahi kodrat? Ah tidak juga. Di jaman globalisasi ini "bertukar peran" antara tugas kaum pria dengan wanita, atau sebaliknya bukanlah barang yang baru. Apalagi dengan isu kesetaraan gender, pria berprofesi di bidang yang mayoritas ditekuni wanita atau sebaliknya wanita berkutat di bidang pekerjaan kaum pria sudah jamak terjadi. Jadi ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan permasalahan menyalahi kodrat.
Sebagai kasus misalnya seorang ibu rumah tangga yang semula hanya bekerja di lingkup domestik, masak, mencuci dan melakukan pekerjaan rumah tangga pada umumnya, tiba-tiba harus bekerja di sektor publik menjadi sopir angkot dadakan gara-gara suaminya yang seharusnya melakukan itu terkena musibah kecelakaan. Apakah kondisi yang demikian bisa disamakan dengan istilah menyalahi kodrat? Saya lebih sepakat jika hal yang demikian lebih dikarenakan tuntutan hidup. Kalau bukan karena tuntutan dapur agar terus mengebul, tentunya ibu tadi tidak akan bertindak segegabah ibu menggantikan tugas suaminya mencari nafkah. Toh banyak pekerjaan lain yang lebih feminim daripada menjadi sopir angkot. Tapi itu pandangan dari kacamata awam, dari yang menjalankan sendiri mungkin hal itu bukanlah persoalan besar. Sepanjang hal itu bisa dijalani, tidaklah menjadi masalah.
Kembali ke masalah kodrat, tidak bisa dipungkiri jika seorang wanita yang sudah menikah itu bakalan melahirkan. Sudah kodratnya pula wanita untuk mengandung dan juga melahirkan. Sementara kaum pria kebagian "jatah" untuk membuahi. Perpaduan peran keduanya inilah yang akhirnya akan menghasilkan generasi baru yang disebut bayi. Ketika wanita mampu melewati fase melahirkan inilah sering diibaratkan sebagai wanita yang telah "sempurna" dalam kodratnya. Dan sudah menjadi kewajiban wanita dalam hal ini adalah ibu untuk menyusui bayinya setelah fase kelahiran itu dilewati.
Menyusui menjadi salah satu "ritual" yang menarik untuk saya soroti mengingat dalam fase ini ada hal yang tidak bisa disepelekan yaitu masalah penyapihan. Penyapihan adalah suatu proses penghentian kegiatan menyusui bayi pada ibunya karena sudah melewati masa yang seharusnya, yakni 2 tahun. Jadi setelah lewat 2 tahun sebaiknya bayi sudah tidak menyusu lagi atau tidak menerima ASI (Air Susu Ibu) lagi.
Dan kalau mau bicara tentang penyapihan, tentu saja yang paling enak diajak omong adalah ibu-ibu yang pernah atau sedang menyusui anaknya. Membicarakan masalah penyapihan bayi kepada kaum pria, apalagi jika dilakukan di warung atau terminal, saya berani jamin jika pembicaraan tentang ini hanya akan memicu munculnya lelucon seputar wanita dan (maaf) payudaranya.
Saya sendiri mempunyai 2 orang anak kandung yang awalnya juga menyusu pada saya. Tapi kalau boleh jujur, fase menyusui anak yang saya jalankan mungkin tidaklah "semulus" para ibu-ibu pada umumnya. Karena kedua anak saya itu hanya mampu menikmati ASI ibunya dalam waktu yang "sekejap" yaitu sekitar dua bulan saja. Bukan lantaran saya malas menyusui dan tidak ingin payudara kendor setelah proses menyusui itu. Tapi lebih pada faktor kebetulan belaka. Apalagi saya juga tahu bahwa dengan rutin memberikan ASI pada anak secara psikologis katanya justru akan merekatkan hubungan antara ibu dan anak. Begitu pula sebaliknya jika kita enggan memberikan air susu kita pada anak akibatnya dari segi kesehatan akan memicu timbulnya penyakit kanker payudara.
Kalau pada kasus saya, kebetulan di sekitar bulan kedua masa menyusui anak saya, air susu saya tampak sudah habis. Koq bisa? Saya sendiri kurang tahu. Sekitar dua bulan setelah melahirkan, payudara saya benar-benar tampak mengecil seperti saat saya tidak memiliki bayi. Segala cara sudah saya upayakan, misalnya dengan cara dipompa, makan sayur-sayuran segar dan juga minum berbagai obat-obatan tradisional pelancar ASI yang biasa di konsumsi oleh ibu-ibu menyusui. Bahkan konsultasi ke dokter hingga diberikan obat-obatan pun tetap hasilnya nihil. Akhirnya dokter pun sudah angkat tangan. Praktis setelah itu anak saya sudah tidak minum ASI lagi dan terpaksa mengkonsumsi susu formula. Ini terjadi pada anak pertama saya.
Pada anak kedua kasusnya hampir sama yaitu sama-sama sudah habis air susu saya di bulan yang kurang lebih juga sama. Tapi persoalannya lebih dipicu oleh kejadian infeksi pada jahitan operasi ceasar saya. Sekitar sebulan setelah melakukan operasi ceasar, ternyata terjadi infeksi di bekas jahitan di perut saya. Karena itulah selama hampir sebulanan saya harus bolak-balik ke rumah sakit untuk kontrol dan oleh dokter saya diberikan obat antibiotik yang dosisnya kalau tidak salah waktu itu lebih dari 1000 mg. Karena harus rutin meminum obat antibiotik itulah, maka ketika anak saya harus meminum ASI selalu saja muntah-muntah. Saya sempat juga konsultasi dengan dokter tentang hal ini dan oleh dokter disarankan untuk menghentikan pemberian ASI sementara hingga proses penyembuhan infeksi saya selesai. Dan ternyata begitu sembuh, ASI saya kembali habis seperti kejadian pada anak saya yang pertama. Kembali upaya saya lakukan seperti pada anak pertama dan ternyata hasilnya juga sama-sama nihil. Karena itulah kalau ditanya bagaimana pengalaman menyapih anak, saya sama sekali tidak kesulitan karena memang tidak ada proses penyapihan yang saya alami seperti ibu-ibu menyusui lainnya.
Terus sebegitu susahnyakah proses penyapihan itu sehingga kadang-kadang begitu banyak daya dan upaya yang harus dilakukan oleh ibu demi kesuksesan proses menyapih anak-anaknya? Saya malah pernah mendengar kalimat begini : "Salah satu keunggulan ASI adalah pada kemasannya yang memikat!" Tentu saja maksud kalimat diatas hanyalah untuk kelakar saja. Untuk itulah, tak perlu dibaca terlalu serius. Apalagi kita juga tahu keunggulan ASI atas produk susu-susu yang lain dapat diketahui dan dibaca di berbagai media. Oleh karena itu saya pun akan akan membahasnya disini.
Saya justru sering menjumpai kejadian-kejadian lucu yang dialami oleh teman-teman saya selama proses penyapihan anak-anak mereka. Ada yang cukup mudah dengan cara mengoleskan balsem atau minyak kayu putih ke puting sang ibu, sudah mampu membuat anak mereka berhenti nyusu. Ada yang dengan menorehkan betadin ke puting susu ibu sehingga si anak ketakutan melihat noda mirip darah di puting ibunya. Bahkan ada yang saking sulitnya sampai terpaksa mengungsikan anaknya ke rumah neneknya selama sekian hari agar bisa berhenti menyusu ibunya. Setidaknya hal itu juga dialami oleh ibu saya ketika harus menyapih saya dan ketiga adik-adik saya. Saking susahnya saya disapih dulu, maka terpaksa saya dititipkan sementara waktu ke rumah nenek saya yang berlainan kota. Tapi efek yang terjadi selanjutnya akibat "mengungsikan" anak inilah, katanya ibu saya sempat dibenci oleh anak-anaknya yang sedang disapih kala itu. Bahkan anak-anaknya seperti enggan dijemput ibunya sendiri setelah merasa sekian lama "diasingkan" di rumah nenek. Lucu juga kalau saya menyimak cerita-cerita lucu seputar ritual penyapihan anak ini.
Yang lebih lucu lagi ketika saya menceritakan proses penyapihan anak saya yang boleh dibilang "sangat mudah" itu.
"Gimana gak habis kalo air susu ibunya juga dihisap ayahnya. Jelaslah anaknya kalah gak kebagian. Ayah sama anak ternyata saudara sepersusuan ya."
Begitulah olok-olok yang sering saya terima ketika sudah ngumpul keluarga besar. Dan semua saya tanggapi santai-santai saja karena memang tak seperti itulah cerita sesungguhnya.
Terus apa yang membuat proses penyapihan itu begitu pentingnya, sampai-sampai Kitab Suci Al Qur'an juga mengaturnya? Wanita dianjurkan untuk menyempurnakan menyusui anaknya sampai 2 tahun dan selebihnya dilakukan penyapihan.
Tentu saja penyapihan ini sangat penting meskipun prosesnya tidak selalu mudah. Kadang-kadang dibutuhkan perjuangan yang tak mudah karena menyapih membutuh kekuatan mental dari para ibu yang melakukan penyapihan. Mereka harus bertarung antara cinta dan rasa iba pada anaknya. Karena cintanya, ibu diharuskan menyapih anaknya agar jiwa anaknya yang tumbuh nanti tidak cenderung liar akibat selalu menuntut pemuasan atas apa yang diinginkannya. Namun demikian para ibu pun tidak bisa dengan mudah menerapkan model cinta seperti ini karena mesti bertarung dengan perasaan iba dan kasihan kepada anaknya. Bayangkan ibu mana yang tak teriris hatinya kala mendengar anaknya menangis menjerit-jerit meminta disusui?
Selain itu ibu mesti pintar bernegosiasi dengan anaknya karena pada usia penyapihan ini, anak akan cenderung melakukan pembangkangan dan akan menggunakan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk "meneror" mental ibunya. Mungkin anda pernah melihat seorang anak yang merengek, menangis keras, tak mau lepas dari pelukan ibunya, atau kalau anak itu cukup cerdik, ia bahkan akan mampu mempengaruhi lingkungan agar mendukungnya untuk mendapatkan ASI dari ibunya. Bisa saja ia menangis keras di tempat ramai dan takkan berhenti sampai sang ibu menyusuinya. Akibat "pengaruhnya" pula sampai-sampai orang disekelilingnya bisa berkata "sudah kasih saja ASInya daripada nangis terus!" Kalau ibunya mampu bernegosiasi, maka anak bisa belajar banyak untuk mengendalikan kesabarannya agar keinginannya bisa terpenuhi.
Jadi kalau ditanya apa sih nikmatnya ASI itu, apakah "kemasannya" memang menarik sehingga seringkali terjadi kesulitan dalam proses penyapihan anak. Kalau kita ingin tahu jawabnya, tentunya kita butuh memahami bahasa bayi. Sayangnya bayi-bayi usia penyapihan pada umumnya masih kurang lancar berbicara. Kalaupun sudah lancar tentu juga tidak mudah untuk menggambarkannya. Seperti halnya saya yang dulu begitu susah disapih, kalaupun saya ditanya apa enaknya ASI, saya pun susah menjelaskannya. Bahkan sekarang pun juga lupa bagaimana rasanya ASI itu. Jadi kalau ditanya mengapa susah melakukan proses penyapihan itu pastilah jawabannya juga bukan lantaran "kemasan" ASI yang begitu memikat. Dan membayangkan proses penyapihan anak, mau tak mau bayangan tentang "kemasan" ASI yang memikat itu justru muncul di pikiran saya. Sambil tersenyum, saya membayangkan betapa kreatifnya Tuhan saat menciptakan kemasannya itu ya sampai-sampai bayi yang tak tahu apa-apa saja begitu susah untuk melepaskannya.
Repost by: Obat tradisional stroke
Jumat, 04 Mei 2012
Susu Bubuk Berbakteri Versus Imunisasi
Susu Bubuk Berbakteri Versus Imunisasi
" Bu ajeng, tau nga ada susu bubuk bayi yang tercemar bakteri"
" Ah masa bu, bisa gawat dong" jawab Bu Ningsih
" betul, katanya sih tercemar bakteri sakazakii"
" wah kasihan dong si dede, pake susu apa dong bu?"
" iya, anak saya juga kasihan bu Ningsih. Katanya bakteri itu bisa mengakibatkan keracuanan dan radang usus"
" susu formula apa yang tercemar Bu Ajeng?
" Wah banyak, tapi belum diumumkan. Oh ya bu, yang berabe bakteri itu juga bisa menyebabkan meningtis"
" bisa kenapa anak yang kena meningtis bu?"
" peradangan pada selaput otak dan sumsum tulang belakang"
" haah"
Cuplikan di atas bisa jadi adalah penggambaran kisah heboh " susu berbakteri " pada tahun yang lalu. Masyarakat pada saat itu, terutaman ibu-ibu yang mempunyai bayi resah sebab banyak susu yang beredar di masyarakat tercemar bakteri Sakazakii. Mereka takut sekali bila bayinya meminum susu berbakteri. Ya, mereka takut sekali walau cuma 1 bakteri,,,
Tapi mereka tak takut dengan banyak bakteri atau virus lain yang masuk ke dalam tubuh anaknya. Mereka bukan hanya tidak takut, tapi mereka bangga,,,
Apa itu? Tak lain yang buat bangga bagi para ibu ( yang belum faham dan mengerti ) adalah IMUNISASI
Bila bibit penyakit penderita TBC, Hapatitis, Meningtis, HIV, Campak, Polio atau penyakit lainnya yang menyarang di tubuh seseorang, baik berupa bakteri atau virus,lantas diolah sedemikian rupa entah dengan istilah di lemahkan atau dilumpuhkan, kemudian bibit penyakit tsb diperbanyak lalu disuntikkan ke tubuh anda atau anak anda, apakah dengan senang hati anda menerimanya? Aksi memasukkan bibit penyakit inilah yang akrab dengan nama VAKSINASI atau IMUNISASI. ( Majalah Bekam edisi 4 hal 3 ).
Kenapa para ibu tak takut? sebab mereka tak tahu, sebab mereka tak sadar, sebab mereka sudah "disihir" oleh media-media yang membela mati-matian kehebatan imunisasi. Mengapa negara-negara Barat begitu getol mengucurkan dana beratus-ratus milyar untuk program ini???
Mengapa para ibu tak sadar kemasukan 1 bakteri saja dengan tak disengaja begitu mencemaskan anaknya. Dan itu adalah fithrah seorang ibu,. Ibu yang akan melindungi anaknya dari segala macam bahaya.
TAPI KENAPA FITHRAH IBU TAK TERBANGUN BEGITU TAHU ANAKNYA DIMASUKAN PULUHAN BAKTERI DAN VIRUS ??? Kenapa bayi yang baru 2 jam nongol di dunia dengan teganya dimasukan bahan berbakteri atau bervirus hepatitis. Salah apa para bayi wahai para ibu, ketika kita membiarkan masuknya bakteri dan virus ke dalam tubuhnya?
Dimana bentuk perlidungan para ibu bila tahu anaknya dimasukan bahan berbakteri atau bervirus? semoga para ibu dapat tergugah.
Mungkinkah kita wahai para ibu akan memasukan racun atau materi berbahaya ke mulut atau tubuh yang masih suci, mungil, lucu dan penghibur hati? bila kita berani melakukannya bukankah kita hendak membunuhnya? atau menghancurkan masa depannya? karena racun yang berbakteri akan beresiko kematian atau akan merusak syarafnya, atau materi berbahaya ini bisa menjadikan anak cacat fisik dan gangguan mental sepanjang hidup.
Bayi yang masih lemah lunglai dan hidup dalam timangan kedua orang tuanya, belum mengenal apapun kecuali tangis, tawa, minum/makan, tidur dan tidak menolak apapun yang dimasukkan ke dalam mulutnya atau disuntikan ke dalam tubuhnya yang lembut. Dia begitu pasrah menerima apa pun perilaku orang tuanya. Nah, ayah dan ibunya yang harus memilih apa yang terbaik untuk ditelan atau dimasukkan ke tubuh buah hatinya.
Lagi-lagi, mungkinkah orang tua membiarkan beragam racun berbakteri dan bervirus yang ditelan atau disuntikan ke dalam tubuh buah hatinya merayap di seluruh pembuluh darah dan bersarang di organ-organ tubuh anak kesayangannya? orang tua yang sehat, cerdas dan arif tentu akan menolak keras bahkan menentang bila hal itu terjadi.
Di sisi lain, mungkinkah racun berbakteri dan bervirus merupakan media yang tepat dan dibenarkan untuk menjaga kesehatan atau meningkatkan daya tahan tubuh?
Apakah ada orang yang bisa sehat dan kuat bila seluruh jaringan tubuh dan pembuluh darahnya dipenuhi racun berbakteri dan bervirus atau zat yang berbahaya bagi tubuh itu sendiri? Apalagi bila dilakukan pada bayi yang baru saja dilahirkan,,,
Wahai para ibu yang sayang pada bayi pelipur hatinya, bayi yang lahir dari rahimnya, bayi yang memerlukan kasih sayang dan dekapan ibunya. Takutlah para ibu pada vaksinasi atau imunisasi seperti takut dan cemasnya para ibu akan susu formula berbakteri yang akan masuk ke dalam mulut bayinya. ( majalah Bekam edisi 4 hal 3 ).
Semoga ke depan terlahir anak-anak negeri yang sehat dan kuat tanpa imunisasi.
Ya Allah, bukalah hati para ibu di Indonesia dan negeri lain yang punya bayi. Jagalah bayi-bayi mungil nan lucu dan sehat dari tangan-tangan orang-orang zholim. Amin
Nb : Alhamdulillah, anak ketiga saya sehat tanpa imunisasi. Dia sehat, cerdas, ceria dan cantik sebab dimasukan asi, madu, susu dan pisang ambon. Bayi sehat bila dimasukan bahan makanan yang sehat dan alami, bukan dimasukan bakteri dan virus dengan kedok imunisasi. Jadi, bukalah topengmu wahai istilah imunisasi.
Jumat, 20 April 2012
Jual xamthone plus dari bahan tradisional
Kami penjual xamthone plus dari bahan tradisional
Bahan pengawet di gunakan madu murni sehingga terbebas dari bahan kimia
Diproduksi oleh : PT.Inti Kiat Alam
Isi : 350 ml – 11.84 fl.oz
POM TR 083691231
Terdaftar di MUI No: 00120051100709
KOMPOSISI XAMthone plus Konsentrasi jus buah : keseluruhan bagian buah manggis ( garcinia mangostana )Bunga roselle,apel,anggur Bahan pengawet di gunakan madu murni sehingga terbebas dari bahan kimia Diproduksi oleh : PT.Inti Kiat Alam Isi : 350 ml – 11.84 fl.ozPOM TR 083691231 Terdaftar di MUI No: 00120051100709
xamthone plus dari bahan tradisional
Teknologi anyar yang mempesona dunia kesehatan
Rahasia di balik produksi XAMthoneplus adalah kombinasi unik dan kompatibel serta komprehensif dari treknologi anyar dan terbaru. XAMthoneplus lahir dari kajian mendalam dengan melibatkan para ahli berpengalaman. Selama mengkonsumsi XAMthoneplus tubuh mampu menyerap 100% semua nutrisi. Pada ahirnya semua nutrisi yang terserap tentunya semakin menunjang kesehatan sepenuhnya. XAMthone plus memperbaharui kesehatan manusia dan menuntaskan pencarian manusia akan hidup yang sehat. XAMthone plus jawabanya.
Nutrition Information | |||||
Serving Per Bottle:350 ml | |||||
Serving Size:30 ml – 60 ml once or twice a day | |||||
Average Quantity | Per Serving 30 ml | Per 100 ml | |||
Energy | 20 kal | 66.6kal | |||
Protein | 0g | 0g | |||
Fat | 0g | 0g | |||
Carbohydrates | 5.1g | 17g | |||
-Total Sugars | 3.6g | 12g | |||
Dietary Fiber | 0.1g | 0.3g |
Catatan:Tidak dianjurkan untuk wanita hamil & menyusui
Jual xamthone plus dari bahan tradisional
Rabu, 11 April 2012
Beruntung lah bagi yang pernah minum xamthone
Hahaha, selamat datang di website kami, xamthone produk yang luar biasa menjadi minukan kelas elit yang luar biasa. Luar biasa nya lagi jus manggis xamthone plus mampu sembuhkan berbagai penyakit kronis. Ingin tau tentang xamthone. Simak komposisi dan proses produksinya disini.
KOMPOSISI xamthone plus
- Konsentrasi jus buah : keseluruhan bagian buah manggis ( garcinia mangostana )
- Bunga roselle
- Apel
- Anggur
- Bahan pengawet di gunakan madu murni sehingga terbebas dari bahan kimia
- Diproduksi oleh : PT Inti Kiat Alam
- Isi : 350 ml – 11.84 fl.oz
- POM TR 083691231
- Terdaftar di MUI No: 00120051100709
Proses produksi xamthone plus
Jus manggis xamthone plus di produksi dengan melibatkan para ahli di bidang bioteknologi, buah-buahan tropis dan nutrisi. Dengan menggunakan teknologi modern setiap unsur Jus manggis xamthone plusdikreasi guna memenuhi harapan untuk mencapai tingkat kesehatan yang baik bagi setiap orang yang mengkonsumsinya.
Jus manggis xamthone plus di ramu berdasarkan standar kualitas yang telah di tentukan , terjamin kemurnian bahan bakunya dengan kualitas terbaik , melalui serangakaian proses mutahir yang menjamin output produk XAMthoneplus yang memenuhi standar mutu baku dari permintaan pasar domestik maupun internasional dalam menyongsong era pasar bebas dewasa ini.
Semua bahan baku yang di gunakan dalam Jus manggis xamthone plus telah melewati proses verivikasi yang ketat, akurat dan sistematis serta proses pengujian berulang kali. XAMthoneplus selalu mengedepankan kualitas nomor wahid dalam memproduksi dan berpegang teguh pada etika serta tata cara produksi yang telah di tetapkan oleh para ahliXAMthoneplus. Semua hanya satu tujuan kami yaitu ingin memberikan karya nyata dalam bidang kesehatan bagi masyarakat yang mendambakan hidup lebih sehat, dan lebih bahagia bersama Jus manggis xamthone plus.
Beruntung lah bagi yang pernah minum xamthone plus